Gino Mariani – Sepatu kulit Derby faktanya tidak kalah populer dengan jenis Oxford. Ia kerap kali dianggap bagian dari inovasi, sebuah lompatan model dari sepatu kulit Oxford.
Pertanyaannya dari segi apa inovasi yang dimaksud? Rasa nyaman dan keunikan visualnya.
Dari model visualnya saja, sepatu kulit Derby nampak lebih “santai”. Justru berbanding terbalik dengan sepatu Oxford yang terkesan kaku—ibarat pria berprinsip kuat, ia tak mudah berubah dan kerap kali monoton.
Sepatu kulit pria Derby justru mampu menunjukkan sisi lain dari sepatu kulit itu sendiri yang nampak dinamis dan fleksibel, di mana orang-orang membutuhkan dua komponen tersebut di era fashion modern.
Soal kenyamanan kaki, hal itu terwujud berkat apa yang disebut open lacing system. Sepatu kulit Derby memiliki penutup punggung sepatu yang tidak tersulam sepenuhnya.
Talinya tidak mencekik punggung kaki, di mana membuat gerak langkah kamu jauh lebih dinamis dan fleksibel. Keleluasaan gerak termasuk nilai jual dari sepatu kulit Derby, sobat Gino Mariani.
Sepatu kulit Derby ialah representasi keseimbangan antara gaya smart dan casual di saat yang sama. Apalagi jenis Derby berkulit suede di mana terbilang sangat populer di masyarakat Indonesia.
Tidak mengherankan bila sepatu kulit Derby memiliki popularitas yang tak perlu diragukan lagi. Posisinya yang serba dapat dipakai di ragam situasi, menjadi alasan utama.
Begitu kamu mendapat undangan untuk hadir di momen-momen kasual, sepatu Derby wajib menjadi teman acara kamu.
Dari Mana Asal Sepatu Kulit Derby?
Kalau bicara soal sejarah sepatu, ada kalanya goresan tinta sejarah terkesan abu-abu. Pun demikian soal asal-usul sepatu kulit Derby, contohnya.
Ada banyak teori tentang kemunculan awal sepatu kulit Derby, namun benang merah yang paling meyakinkan justru datang dari cerita di abad pertengahan ke-19 di Kota Derby, Inggris.
Nama Edward Smith-Stanley muncul ke permukaan. Saat beliau masih hidup di tahun 1850-an, ia merupakan sosok terpandang yang juga pernah menjabat sebagai menteri Inggris sebanyak tiga kali. Selain itu, Stanley dikenal juga sebagai penggagas Kota Derby ke-14 di eranya.
Edward Smith-Stanley mengeluh soal sepatu yang biasa dia kenakan. Oleh sebab itu ia memodifikasi sepatu kulit Oxford agar muat di kakinya yang berukuran besar. Sejak saat itu, lahirlah sepatu kulit Derby hingga menggapai popularitas yang terus eksis sampai sekarang.
Bila punggung kaki kamu tinggi (instep of feet), maka sepatu kulit Derby memang lebih cocok untuk kamu. Ia menawarkan ruang gerak yang lebih longgar pada punggung kaki sepatunya, ketimbang Oxford. Hal itu berkat implementasi open lacing system tentunya.
Sepatu kulit Derby juga memiliki nama lain, yaitu sepatu Gibson. Nama yang unik, bukan? Sejumlah orang pada era yang sama menggunakan sepatu Derby untuk berburu atau berolahraga. Kemudian, setelah era Revolusi Industri datang barulah fungsi sepatu Derby dipergunakan lebih luas lagi.
Kombinasi yang Cocok dengan Sepatu Kulit Derby
Inilah keuntungan memiliki sepatu kulit Derby. Hadir di acara non-formal pun kamu akan terlihat lebih kasual. Kenakan sepatu Derby dengan celana jeans hitam/chino dan atasan polo shirt. Itu sudah cukup.
Ingin tampil formal? Tambahkan saja jas dan trouser panjang dengan warna senada.
Untungnya, perkembangan fashion semakin maju. Ada banyak ide-ide keren di luar sana yang dapat kamu temukan dan sesuaikan sendiri.
Gino Mariani sendiri memiliki ragam sepatu kulit kasual berkualias tinggi. Penasaran? Untuk koleksi sepatu kulit selengkapnya, silahkan kunjungi website resmi Gino Mariani.